Di tengah banyaknya game aksi 2D yang hadir dengan pendekatan konvensional, Nine Sols muncul sebagai sebuah karya yang menyuntikkan jiwa Timur ke dalam dunia fiksi ilmiah masa depan. Dibuat oleh Red Candle Games, studio di balik Detention dan Devotion, game ini tidak hanya menjanjikan pertarungan cepat dan penuh gaya, tetapi juga narasi berat tentang pengkhianatan, kepercayaan, dan balas dendam yang membara dalam balutan budaya dan estetika cyber-oriental.
Sebagai editor, saya melihat Nine Sols bukan sekadar game aksi platformer, melainkan perjalanan spiritual dan psikologis melalui dunia yang tercipta dari perpaduan antara mitologi kuno dan teknologi suci. Ini adalah game yang bukan hanya menantang reflek pemain, tetapi juga menggugah pemikiran—dan mungkin juga luka lama.
Dunia New Kunlun: Teknologi Suci dan Kebenaran yang Hilang
Game ini berlatar di New Kunlun, sebuah dunia tertutup dan misterius yang tampak seperti surga futuristik, namun menyimpan rahasia gelap tentang asal-usulnya. Wilayah ini dulunya dijaga oleh para Solarians, makhluk abadi yang menjanjikan pencerahan kepada umat manusia, namun ternyata menyembunyikan agenda yang jauh lebih manipulatif.
Kita bermain sebagai Yi, sosok pejuang yang dibangkitkan dari tidur panjang, dengan satu tujuan: membalas dendam terhadap Sembilan Dewa Sol (Nine Sols) yang telah menghancurkan segalanya yang ia cintai. Tapi perjalanan ini bukan sekadar menghancurkan—Yi harus menghadapi masa lalunya sendiri, kenyataan dunia yang ia tinggali, dan apa artinya menjadi manusia dalam sistem yang telah kehilangan jiwanya.
Dengan gaya presentasi sinematik kingkong 4d, narasi non-linear, dan simbolisme yang berat, dunia Nine Sols dibangun seperti novel klasik Tiongkok yang dihidupkan dalam dunia cyberpunk distopia.
Gaya Visual: Estetika Cyber-Oriental yang Tak Tertandingi
Salah satu kekuatan utama Nine Sols adalah estetika visual yang unik dan konsisten. Dunia yang digambarkan dalam game ini memadukan elemen arsitektur Tiongkok kuno, kaligrafi, dan patung suci, dengan neon, kabel, dan tubuh cyborg. Setiap latar belakang, karakter, dan musuh dirancang dengan tangan, memperlihatkan komitmen artistik Red Candle yang luar biasa.
Bayangkan dunia seperti dalam Ghost in the Shell, tapi dengan langit-langit kuil, lentera merah, dan pilar naga sebagai bagian integral dari desainnya. Ini adalah bentuk visual yang langka dan berani, dan memberikan identitas kuat yang membedakan Nine Sols dari game action-platformer lain di luar sana.
Gameplay: Soulslike dalam Format 2D, Cepat tapi Strategis
Nine Sols disebut oleh para pengembang sebagai “Sekiro in 2D”, dan itu bukan klaim kosong. Gameplay-nya mengandalkan:
- Parry sistem: Semua musuh bisa diblok dan dikembalikan serangannya. Timing adalah segalanya.
- Pemetaan animasi musuh: Kamu harus membaca serangan, mengenali pola, dan bereaksi dalam milidetik.
- Serangan cepat dan berlapis: Yi memiliki beragam kombo, special skill, dan kemampuan untuk mengaktifkan “Soul Energy” untuk efek khusus.
- Eksplorasi metroidvania: Kamu akan membuka shortcut, skill traversal baru, dan kembali ke area sebelumnya untuk menemukan rahasia atau boss opsional.
Meski permainan berlangsung di dunia 2D, kompleksitas pertempuran tidak bisa diremehkan. Boss dalam game ini dirancang untuk menggagalkan pemain yang terburu-buru—memaksa mereka untuk belajar, membaca, dan bertahan, bukan sekadar menekan tombol.
Banyak yang membandingkan pengalaman bermainnya dengan Hollow Knight atau Salt and Sanctuary, tapi dengan nuansa yang lebih hard-edged dan fokus berat pada sistem deflect/parry yang membuat setiap duel terasa seperti pertarungan samurai dalam film klasik.
Pertarungan Boss: Teatrikal, Brutal, dan Penuh Simbol
Para Nine Sols bukan sekadar lawan tangguh—mereka adalah penguasa dunia yang dibangun atas kebohongan. Setiap boss didesain dengan filosofi dan kisahnya sendiri. Beberapa contoh yang mencolok:
- General Rén: Mantan manusia yang kini menjadi prajurit mekanik tanpa jiwa. Setiap serangannya didasari prinsip militer kuno.
- Oracle Fang: Pengawas masa depan yang bisa memanipulasi waktu dan memaksa pemain bertarung dalam ilusi.
- The Sun-Eater: Makhluk besar yang dulunya adalah penjaga cahaya, namun kini menjadi simbol kekacauan di balik pencerahan palsu.
Setiap pertarungan boss adalah tontonan teatrikal penuh gaya, dengan musik khas dan efek visual bombastis—tapi juga menyimpan lapisan naratif. Saat kamu mengalahkan mereka, kamu tidak hanya menang secara mekanik, tapi juga membuka cerita baru yang menyayat atau menggugah.
Sistem Upgrade dan Progresi: Fleksibel tapi Tidak Murah
Yi tidak hanya bertarung dengan kekuatan dasar. Ia bisa diperkuat dengan:
- Soul Fragments: Digunakan untuk membuka skill pasif dan aktif.
- Enhancer Implants: Semacam sistem perk yang memberikan efek tambahan seperti regenerasi, efek parry yang lebih kuat, atau dash tambahan.
- Relic Binding: Artefak kuno yang ditemukan sepanjang dunia bisa memberi buff spesifik, namun dengan konsekuensi tertentu.
Sistem ini mendorong eksperimen dan adaptasi terhadap situasi, terutama dalam menghadapi boss atau area dengan musuh spesifik. Tidak ada build yang dominan, tetapi banyak kombinasi yang bisa kamu bentuk berdasarkan cara mainmu.
Cerita dan Simbolisme: Di Balik Pedang Ada Dosa Lama
Cerita dalam Nine Sols tidak diberikan begitu saja. Kamu akan menemukannya melalui:
- Cutscene yang sinematik
- Dialog NPC yang penuh kode dan metafora
- Catatan dan teks kuno yang tersebar di dunia
- Ingatan (Echo) yang muncul saat kamu mengalahkan boss
Semua ini perlahan menyusun narasi besar tentang penciptaan New Kunlun, pengkhianatan para dewa, dan asal usul Yi yang menyimpan rahasia lebih kelam dari yang ia bayangkan. Tidak semua yang kamu temui adalah teman, dan tidak semua musuh adalah iblis.
Dengan gaya penceritaan seperti ini, Nine Sols sering dibandingkan dengan NieR, Sekiro, dan Hyper Light Drifter, karena ceritanya dibangun lewat interpretasi, bukan narasi eksplisit.
Suara dan Musik: Ketukan Emosi dan Tegangan
Soundtrack game ini adalah mahakarya audio tersendiri. Menggabungkan alat musik tradisional Tiongkok seperti guzheng dan erhu, dengan beat elektronik industrial modern, menghasilkan suara yang terasa unik dan atmosferik.
Musik tidak hanya menjadi latar, tetapi menguatkan emosi dan tensi pertempuran. Saat boss mulai berubah fase, musik pun berubah menjadi lebih agresif. Di tempat sunyi, hanya suara angin dan langkahmu yang berbunyi, menciptakan kehampaan yang terasa.
Voice acting juga dihadirkan dalam dua pilihan: bahasa Inggris dan Mandarin, keduanya diisi oleh pengisi suara yang kompeten dan penuh nuansa, terutama saat Yi berbicara tentang dendam atau kehilangan.
Kesimpulan: Sebuah Karya Artistik yang Juga Tantangan Brutal
Nine Sols adalah game yang dibuat dengan jiwa dan hati, tapi juga dilengkapi dengan gigi tajam dan amarah yang membara. Ini bukan game kasual untuk semua orang, tapi untuk mereka yang mencari:
- Gameplay menantang tapi memuaskan.
- Dunia unik yang belum pernah dilihat di game lain.
- Cerita tentang identitas, pengkhianatan, dan harapan palsu.
- Visual dan musik yang membekas lama setelah layar padam.
Dalam era game yang sering bermain aman, Nine Sols melompat ke jurang tak pasti—dan justru karena itu, ia bersinar. Dunia mungkin sudah rusak, para dewa mungkin telah jatuh, tapi dalam perjalanan Yi, kita menemukan bahwa balas dendam bisa menjadi bentuk pencarian jati diri paling murni.